3/9/09

Telaga rasa (rindu pulang)


Terik mentari terasa kian menyengat sekujur tubuhku
Membakar jiwa yang kian merah dalam gelisah
Aku ingin menuju telaga
Kembali renang dalam bentang tenangnya
Dan berbagi keluh tentang hidup dan luka hati
Mendayu nada dalam terang dan redup cinta
Di sana ada simfoni yang tak henti mengalun

Tuhan,
Aku ingin kembali berbagi kisah dengan mujaer yang setia mendengar
Meski ia tak mengerti bahasa yang kuhantarkan
Aku ingin mengecup teratai yang keindahannya sempat terlupakan olehku
Dan engkau tahu: aku rindu

Di sini aku masih terus mencari jalan pulang
Menyelesaikan kembara yang hanya menangkup rumput-rumput pilu
Perjalanan itu telah begitu panjang dan menyesatkanku
Entah terluka atau kerap melukai tanpa terasa
Tuhan,
Berilah aku jalan: aku teramat rindu.



Sedikit untai pengiring:
**Memang, tentang keindahan raut yang ingin kudapati. Tapi yang paling kunantikan adalah pilar-pilar nyaman tuk menopang panggung rasaku yang kerap goyah. Sungguh tak bermaksud mengabaikan setiap cinta yang Engkau anugerahkan. Ku selalu belajar tuk menghargai keberadaan mereka, dan berusaha membingkis bahagia untuk setiap yang mencoba mengisi hampaku: tapi aku tak bisa. Tuhan mengapa tak kau buat saja jiwa-jiwa yang ingin kurengkuh itu memilikki rasa yang senada denganku. Atau bila tidak, kau buat aku mencintai mereka-mereka yang mencintaiku. Sehingga tak ada satupun yang terluka. Tak ada satupun yang terseret kehampaan: tidak aku, tidak mereka.

3/7/09

Ingatan tentang kalian


Dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Aku bersemayam bersama ingatan tentang kalian
Kudekap dan kuucap namamu satu demi satu
Sebelum lautan cahaya melarutkan kita dan waktu
Walau tiada aksara di sana
Walau tiada wujud yang serupa
Tanpa pernah tertukar aku menemukanmu semua
Sebagaimana engkau semua menemukanku
Empat, lima, dan enam
Berapapun banyaknya kita tersempal
Perlahan lebur menjadi tunggal
Dua, satu, dan kosong
Bersama kita lenyap menjadi tiada

Dalam ranah yang mereka sebut kehidupan,
Aku dan kalian menangis dan meregang di antara ruang
Aku dan kalian tersesat dalam belantara nama dan rupa
Masihkah kau mengenali aku?
Masihkah aku mengenalimu?
Jiwa kita tertawa dan berkata:
Berjuta kelahiran dan kematian telah kita dayakan,
Berjuta kata dan sabda telah kita ucapkan,
Berjuta wadah dan kaidah telah kita mainkan,
Hanya untuk tahu tiada kasih selain cinta
Dan tiada jalinan selain persahabatan
Meski tak terkira banyaknya nama dicipta
Meski tak terhingga rasa menjadi pembeda
Aku akan menemukanmu semua, sebagaimana engkau semua menemukanku
Sahabat, jika kita berpecah raga
Satu, jika kita memadu raga
Tiada, jika hanya jiwa

Inilah kenangan yang kucuri simpan
Saat kubersemayam dalam ranah yang mereka sebut keabadian

Inilah kenangan yang kusisipkan di sela-sela mentari dan bulan
Yang kelak mereka bisikkan saat kucari kalian
Dalam belantara yang dinamai kehidupan

Ingatan pertama dan terakhir
Yang mengikuti saat aku terlahir
Yang bersembunyi hingga kalian semua hadir
Yang menemani saat udara usai mengalir

Cinta dan sahabat
Sahabat dan cinta
Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana

Sisanya fana.


written by Dewi Dee Lestari