Aku ingin bicara padamu, hatiku. Aku ingin menenangkanmu dari kegalauan yang menyesakkan dadamu. Kutahu ada kesedihan berombak di dalamnya.
Lihat!
Kamu menangis, sayang. Air matamu terus mengalir, membentuk siluet luka yang jelas tergambar. Pedihmu tampak begitu dalam. Sedalam itukah cintamu padanya, sehingga kau tak sanggup menerimanya mendua hati?
Wahai sukma yang menggelora, tidurlah! Biarkanlah ia, ragaku yang kesumat terlelap. Melupakan amarah yang berkecamuk.
Lelaplah..
5/24/08
5/22/08
Dan tentang..
Kejutan-kejutan hidup kan selalu datang. Hal manis pahit pun hadir tak terduga. Yang melenakan, yang merapuhkan hati.
Kejutan-kejutan hidup kan terus datang. Tentang perasaan kita yang tak jelas tersirat, tentang emosi yang membara dan mencair. Tentang luka di sisi bahagia, tentang manis di antara pahit kehidupan.
Tentang cinta sejati yang samar terbaca, akankah dia datang menjemputku? Atau ku harus terus berlari meraihnya?
Adakah yang aku lupakan hingga bagian ini? Aku ingin tidur, membenamkan diri pada kekosongan. Dan berharap bahagia tak menjauh dariku.
Kejutan-kejutan hidup kan terus datang. Tentang perasaan kita yang tak jelas tersirat, tentang emosi yang membara dan mencair. Tentang luka di sisi bahagia, tentang manis di antara pahit kehidupan.
Tentang cinta sejati yang samar terbaca, akankah dia datang menjemputku? Atau ku harus terus berlari meraihnya?
Adakah yang aku lupakan hingga bagian ini? Aku ingin tidur, membenamkan diri pada kekosongan. Dan berharap bahagia tak menjauh dariku.
Labels:
Percik kisah,
Tetes hidup
Tak bersatu
*
Karena kau angin, maka berhembuslah! Ku hanya bisa merasakan adamu, menikmati sejukmu...
Tanpa pernah memilikimu.
**
Kau adalah rembulan, bersanding hanya bersama bintang.
Dan aku matahari...
Takkan pernah bersamamu, selalu bersisian. Tapi adaku-adamu sempurnakan hidup.
Dan ku tetap sendiri.
Karena kau angin, maka berhembuslah! Ku hanya bisa merasakan adamu, menikmati sejukmu...
Tanpa pernah memilikimu.
**
Kau adalah rembulan, bersanding hanya bersama bintang.
Dan aku matahari...
Takkan pernah bersamamu, selalu bersisian. Tapi adaku-adamu sempurnakan hidup.
Dan ku tetap sendiri.
Labels:
Percik puisi,
tetes sepi
5/7/08
Keping hati
Untuk meyakinkanmu,
Saya ucapkan kata-kata yang saya pun masih ragu apakah kebenarannya benar-benar ada atau tidak pada diri saya. Untuk membuat kamu memilih saya, saya coba untuk mereka-reka apa yang kamu mau, menjadikan saya jauh dari saya yang sebenarnya.
Saya pun sungguh tidak tahu apakah benar atau salah semua yang saya lakukan. Yang saya rasa hanyalah bahwa saya tidak akan menyesali apa yang pernah saya pilih. Sesuatu yang telah menjadi keputusan saya.
Saya di sini masih terus menujumu. Menuju hatimu, tepatnya. Dan saya pun merasa bahwa kamu semakin membuka hatimu untuk saya. Kamu mulai mencintai saya. Ya, kita sudah sama-sama saling mencinta.
Tapi, kini terbesit sedikit ragu di hati saya.
Dapatkah saya terus menjaga cinta ini?
Mampukah kamu merawat kasih ini?
Ah, saya tak mau ambil pusing. Biar saya jalani saja. Dan yang akan terjadi, biarlah terjadi. Karena saya ingin menikmati hidup, itu saja. Bersama kamu yang saat ini menjadi bunga hati hati saya, tentunya.
Saya ucapkan kata-kata yang saya pun masih ragu apakah kebenarannya benar-benar ada atau tidak pada diri saya. Untuk membuat kamu memilih saya, saya coba untuk mereka-reka apa yang kamu mau, menjadikan saya jauh dari saya yang sebenarnya.
Saya pun sungguh tidak tahu apakah benar atau salah semua yang saya lakukan. Yang saya rasa hanyalah bahwa saya tidak akan menyesali apa yang pernah saya pilih. Sesuatu yang telah menjadi keputusan saya.
Saya di sini masih terus menujumu. Menuju hatimu, tepatnya. Dan saya pun merasa bahwa kamu semakin membuka hatimu untuk saya. Kamu mulai mencintai saya. Ya, kita sudah sama-sama saling mencinta.
Tapi, kini terbesit sedikit ragu di hati saya.
Dapatkah saya terus menjaga cinta ini?
Mampukah kamu merawat kasih ini?
Ah, saya tak mau ambil pusing. Biar saya jalani saja. Dan yang akan terjadi, biarlah terjadi. Karena saya ingin menikmati hidup, itu saja. Bersama kamu yang saat ini menjadi bunga hati hati saya, tentunya.
Labels:
Percik kisah,
Tetes hidup
Subscribe to:
Posts (Atom)