11/26/07
Pergilah..
Senandung hati yang mana dapat kulantunkan
Bila aku kehilangan suara
Tak ada lagi nada asmara,
Seiring tuli yang sekonyong-konyong meruas di pendengaranku
Sembilan purnama berganti gerhana
Duh, perempuan...
Bagaimana aku melukis indah pelangi
Bila hanya hitam dan putih warna yang kau tinggalkan
Atau itukah warna pelangi untukku?
Bagaimana dapat kuriakkan gelombang hatiku yang kian bergemuruh
Bila tak lagi kau beri tempat kumenepi
Inikah ujung gemuruh itu?
Akhirnya,
Satu pualam kelam kau letakkan dalam periuk hatiku
Membuatnya terus terbakar tanpa bisa ternanak
Panas, menggosongkan pigura cinta di dinding hatiku
Wahai perempuan,
Bawalah serta cinta yang pernah kau titipkan di hatiku
Bila tak lagi kau ikatkan ia padaku
Karena perih bila dicintai tapi tak memilikki
Dan nelangsa bagi sang pangeran
Bila menikahimu tapi tak mengawini cintamu
Bawalah,
Dan letakkan di dalam brangkas hatinya
Ia kan menguncinya rapat
Menjaga cintamu sepanjang hidupnya
Tanpa bisu kucuri
Haturkan sujudku sang jelata,
Bagi pandita ratu dan rajamu
Yang tak menjadikanku pangeran bagi hidupmu
Kulepas dirimu...
Mungkin memang seperti inilah takdir yang harus kita jalani.
Labels:
Percik puisi,
tetes luka
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment