8/4/08

Lalu apa yang telah kuberi (untuk sahabat)


Hari-hari berat,
Di kala beribu pucuk beban kian meranggas di pohon jiwamu
Dan serabut-serabut luka kian mengakar

Dimatamu,
Dapat kutangkap bergaris-garis sembilu
Di antara pendar senyum yang kau bagi pada mereka
Kutahu ada kerapuhan dibalik tegar yang kau coba bangun

Maka apa yang bisa kulakukan
Sedang ku selalu sibuk menghitung lukaku
Yang kuanggap sejumlah rinai hujan yang menetes tadi pagi
Padahal hanya segulung ombak dan kau lautan

Lalu apa yang telah kuberi padamu
Sedang aku mengaku sahabat sejatimu

Hanya sebatas menangkap pilumukah, tanpa menghapusnya?

Tidak, sahabat!
Kan kupatahkan pisau yang merobek-robek rasamu
Kan kugugurkan setiap pucuk bebanmu
Lalu kubakar semua serabut luka itu
Agar tak lagi bunga luka bermekaran di taman sukmamu
Hingga sang bahagia dapat menemukan pintu hatimu
Dan memilih tuk menetap di sana.

Maka episode luka ini berakhir.

*sahabat, seperti yang terus kau ucapkan padaku, bahwa Allah sedang menilai setinggi mana tingkat kesabaranmu. Maka terus bersabarlah, hingga suatu pagi, kan kau reguk manis hasil kesabaranmu.

No comments: