11/26/07
Pergilah..
Senandung hati yang mana dapat kulantunkan
Bila aku kehilangan suara
Tak ada lagi nada asmara,
Seiring tuli yang sekonyong-konyong meruas di pendengaranku
Sembilan purnama berganti gerhana
Duh, perempuan...
Bagaimana aku melukis indah pelangi
Bila hanya hitam dan putih warna yang kau tinggalkan
Atau itukah warna pelangi untukku?
Bagaimana dapat kuriakkan gelombang hatiku yang kian bergemuruh
Bila tak lagi kau beri tempat kumenepi
Inikah ujung gemuruh itu?
Akhirnya,
Satu pualam kelam kau letakkan dalam periuk hatiku
Membuatnya terus terbakar tanpa bisa ternanak
Panas, menggosongkan pigura cinta di dinding hatiku
Wahai perempuan,
Bawalah serta cinta yang pernah kau titipkan di hatiku
Bila tak lagi kau ikatkan ia padaku
Karena perih bila dicintai tapi tak memilikki
Dan nelangsa bagi sang pangeran
Bila menikahimu tapi tak mengawini cintamu
Bawalah,
Dan letakkan di dalam brangkas hatinya
Ia kan menguncinya rapat
Menjaga cintamu sepanjang hidupnya
Tanpa bisu kucuri
Haturkan sujudku sang jelata,
Bagi pandita ratu dan rajamu
Yang tak menjadikanku pangeran bagi hidupmu
Kulepas dirimu...
Mungkin memang seperti inilah takdir yang harus kita jalani.
Labels:
Percik puisi,
tetes luka
11/15/07
Ingin jadi orang yang bersyukur
Aku tak ingin menganggap diriku menderita. Karena bila kita mau membuka mata, nyatanya banyak orang yang lebih menderita dan sungguh jauh lebih menderita.
Aku ingin selalu ingat, betapa Tuhan telah begitu baik padaku. Tuhan telah memberikan banyak kemudahan pada banyak hal yang ingin ku capai, sementara orang lain sulit menggapainya.
Tuhan telah mengabulkan banyak pintaku, walau tak semua terpenuhi.
Aku ingin untuk selalu mau melihat kebawah, bahwa begitu banyak orang yang tak seberuntung aku. Memiliki ibu yang begitu mengasihiku, meski kadang aku lupa dan kurang menyadarinya. Memiliki tempat tinggal yang cukup layak, sementara banyak orang yang terlunta-lunta. Memiliki sumber nafkah yang bisa mencukupi sementara banyak orang yang serba kekurangan. Dikaruniai fisik yang lengkap, meski tidak tampan, sementara ada orang-orang yg diberi cacat.
Aku ingin selalu bersyukur akan setiap karunia-Nya yang memelukku. Pada setiap masam kan tercipta manis setelahnya. Pada sulit yang kan terbangun kemudahan nantinya. Akan kelam yang kan terbit terang. Pada tangis yang bisa berganti tawa, melalui salah dimana kita bisa tahu bagaimana yang benar. Pada hal buruk dimana kita bisa belajar untuk menjadi baik dan terus lebih baik.
Berterimakasih pada Allah yang telah memberi aku hidup, pada setiap hal yang menjadi milikku, padahal milik-Nya.
Labels:
Percik kisah,
Tetes hidup
11/13/07
Sajak untuk kucing_betina
Hatiku mulai kutitipkan pada sajak-sajakmu
Sejak kau patahkan cakar-cakar katamu yang menusuk Berlumur kebencian lubuk
Kini berganti ayat-ayat laut
Yang menenggelamkan jiwaku
Bersama kesyahduan perindu
Membawa hasratku tuk menyematkan sanjung
Pada pojokan kalbu Lewat sajak tak beribu
Kurasakan pula birahinya pada laut..
Menyejukan batin,
Melembutkan hatimu.
Labels:
Percik puisi,
tetes bahagia
11/2/07
Ku 'tak mau tertinggal
Ku lari secepat-cepatnya, tapi kalah lagi
Ku mendarat dengan kepala,
Padahal seharusnya dengan kaki.
Aku berjuang ke depan, tapi tertahan di belakang.
Mengapa terus ku lakukan?
Sebab 'ku tak mau tertinggal.
Semakin keras ku jatuh,
Semakin tinggi ku memantul.
Ku kerahkan segalanya, dan itulah yang terpenting.
Di tempat pertama, diriku jarang berada.
Jadi aku berusaha sekuatnya~
'Ku tak mau tertinggal.
Sebagian mengatakan aku tak bisa,
Sebagian mengatakan jangan,
Sebagian menyerah, jawabku, tidak.
Semua daya ada di sini,
Tersembunyi di dalam pikiranku.
Keuletanku, itulah keunggulanku.
'Ku tak mau tertinggal.
Lakukan yang terbaik setiap saat'
Masa depan segera menjadi masa silam.
Semakin ku katakan ini,
Semakin jarang aku menjadi yang terakhir.
Sepanjang ku bertanding, ku belajar arti kemenangan.
Satu pelajaran sederhana~
Mengalah itu jalan termudah.
Maka setiap malam sebelum tidur,
Ku harap dalam hal kecil aku berhasil.
Esok hari baru
'Ku tak mau tertinggal.
Sara Nachtman
***
Darinya ku tahu,
Esok kan menjadi hari ini.
Pun hari ini menjadi kemarin;
Masa depan segera menjadi masa silam.
Sekarang, esok, lusa dan nanti kan menyatu dengan kemarin dan bermuara dalam lingkup kenangan.
Maka...
Ku lakukan apa yang pantas ku lakukan hari ini;
Pun ku perbuat apa yang selayaknya terjadi.
Tak menunggu esok, lusa apalagi tidak sama sekali~
Karena itulah yang seharusnya.
Membunuh mati kata menyerah dan menghapusnya dalam kosakata memoriku.
Membiarkan usaha tanpa henti, menjadi warna dominan dalam pencapaian setiap inginku.
Dengan begitu,
Semoga tak ada lagi kecewa;
Polah yang telah terjalani tak membuihkan sesal.
AND THAT'S THE BEST I HAVE EVER DONE.
Dimas_rafky
Labels:
Percik puisi,
Tetes hidup
Subscribe to:
Posts (Atom)