12/25/08

Mukjizat cinta (masih menunggu)


Di ujung malam, di tengah birunya hati, ku rebah bersama sepi. Sejenak merangkai tanya, adakah mukjizat cinta itu nyata?

Kuterus mencoba pejamkan mata mengikuti kantuk yang ternyata terlumpuhkan resah.

Adakah kesejatian cinta kan terbentuk di hatiku? Seperti insan-insan yang jiwanya lebur bersama cinta, lalu darinya terlahir kebenaran-kebenaran langkah.

Masih kubilang kusendiri, nyatanya tidak.

Di sini,
Ada kehadiran yang masih kutunggu
Seperti desir angin yang kunanti di kala terik
Atau rona pelangi selepas hujan.

12/23/08

Cinta masih sama (berjalan sendiri-sendiri)


Kubilang kusendiri, nyatanya tidak.

Di telingaku, keramaian pun bersenandung sunyi. Sepi bagai payung langit yang menaungi semesta rasaku.
Tak ada binar-binar bola mata, semua terlihat sendu. Sepertinya bahagia telah hianat. Memilih jalan sendiri-sendiri: Ah, ternyata ia yang tertinggal.

Kumerasa dipeluk kesialan: rupanya aku yang erat mendekapnya. Tak mungkin luka kan jauh, bila ku tak melepasnya.

Adalah sebuah hati, yang keberadaannya membuatku merasa berarti. Tetapi hati itu tak mampu menyentuh hatiku hingga hatiku tak sepenuhnya menyatu dengan hatinya: seperti hatiku yang tak mampu menyentuh hati perempuan yang kucintai.

Aku bersama dia, bukan bersamanya.
Cinta masih sama, berjalan sendiri-sendiri.

Akankah akhirnya kumencintainya, atau dia mencintai aku?

Dan saling mencintai itulah yang kutuju.

Kita (masih berjarak)


Angin terus berhembus
Diriku dan dirimu masih digulung resah
Dan kesepian pun ternyata tak juga menyatukan kita

Tak bisakah kita belajar tuk memintal benang-benang rasa yang masih bergulung sendiri-sendiri?

Aku ingin memulai, meski rasa tak seindah harap.

12/7/08

Malaikat juga tahu

Lelahmu jadi lelahku juga

Bahagiamu bahagiaku pasti

Berbagi takdir kita selalu

Kecuali tiap kau jatuh hati


Kali ini hampir habis dayaku

Membuktikan padamu ada cinta yang nyata

Setia hadir setiap hari

Tak tega biarkan kau sendiri

Meski seringkali kau malah asyik sendiri


Karena kau tak lihat terkadang malaikat

Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan

Namun kasih ini silakan kau adu

Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya


Hampamu tak kan hilang semalam

Oleh pacar impian

Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna

Tapi siap untuk diuji

Kupercaya diri.. Cintakulah yang sejati


Namun tak kau lihat terkadang malaikat

Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan

Namun kasih ini silakan kau adu

Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya


Kau selalu meminta tuk terus kutemani

Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti

Relakan ku pergi.. Karna tak sanggup sendiri


Namun tak kau lihat terkadang malaikat

Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan

Namun kasih ini silakan kau adu

Malaikat juga tahu.. Aku kan jadi juaranya



Koleksi Dewi Lestari yang lain.
Mp3 Download & Lirik Lagu Dewi Lestari - Malaikat Juga Tahu
Busby Seo Test

11/30/08

Suara hati calon mempelai pria


Aku sendiri di sini. Dan kurasa kaupun sedang sendiri di sana. Melewati malam minggu sebagai malam penuh sembilu: sepi.

Aku merasa kosong. Dan kupun tau kau sedang merasakan yang sama. Menantikan hadirnya seseorang yang kan mengisi kehampaan ini. Mengubah malam yang terasa kelabu menjadi rona-rona merah jambu.

Mungkin kita sedang saling mencari. Melewati jalan-jalan terjal dan berputar, laksana labirin yang kan terasa begitu menyesatkan dan membingungkan. Namun kelak, bila kita berjodoh, pasti kan ada titik temu antara kita.

Sayangku, kutahu kau sedang risau. Serisau hatiku yang takut kau terluka dalam perjalananmu mencariku. Tapi kuberharap, bila luka itu menyinggahimu, jangan pernah tuk berhenti mencariku. Karena di sini pun, kusedang meniti jalan-jalan yang kuharap di jalan tersebut ku dapat segera menemukanmu. Bila luka itu terasa begitu perih, kudoakan semoga kau mampu bertahan. Demi aku, demi cinta kita dan keturunan kita kelak. Dan luka-luka yang merajamimu dalam perjalanan ini, kan membuatmu semakin mencintaiku, di saat kita telah bersatu.

Di saat ini, saat aku menuliskan bait-bait ini, mungkin kita sama-sama belum menyadari bahwa di suatu hari kita akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Dan percayalah sayang, aku akan menerimamu sepenuh hatiku. Menerimamu sebagai takdir Tuhan yang kan menemani perjalanan hidupku dimulai pernikahan kita nanti.

Wahai perempuanku, calon istriku! Bersabarlah bila perjalanan ini terasa begitu melelahkan. Dan yakinlah, Tuhan benar-benar tahu waktu yang terbaik untuk kita bertemu dan menyatu.

Perempuanku, calon istriku, marilah kita perbanyak doa, semoga Allah meridhai kita. Mempersatukan kita, seperti Ia menyatukan pasangan-pasangan sebelum kita. Amin.

*meski kita masih terpisah, takdir kan mempertemukan kita, laksana pagi yang mengantarkan malam kepada siang.

11/19/08

Isyarat mendung (luka lelaki)


Kini mendung hadir setiap hari, seperti luka yang tertahan dalam dada: tak gerimis, tak hujan.

Luka lelaki.

11/18/08

Aku, puisi.


Suka, duka: kata
Suka, duka: puisi
lalu apalagi yang tak indah, bila setiap rasa adalah puisi.

11/12/08

Aku: setetes minyak dalam sewajan air.


Rasa-rasanya benar, dalam pergaulan aku serupa setetes minyak dalam sewajan air: sulit membaur.

Aku yang dengan segala keakuanku, tak terbiasa membiarkan orang asing dengan mudahnya masuk dalam lingkar hidupku: hanya yang ternyamanlah yang kuberi lampu hijau.
Membaca dengan benar huruf demi huruf karakterku. Melihat warna-warna dalam sudut pandangku. Mendengarkan nada-nada dalam melodi bijakku.

Aku tak butuh banyak kawan, cukup beberapa, tapi keteduhannya serupa awan. Tak memerlukan seribu sahabat, cukup terhitung jemari, tapi menyinariku bak mentari. Tak menginginkan bertangkup cinta, cukup satu, namun mencintaiku sepanjang hidup.

Sampai di sini, aku masih terus ingin menjadi aku: Menjaga keakuanku. Karena aku adalah aku, bisa saya, tapi bukan kamu.

Seperti pohon sakura yang berbunga kemudian berguguran dan di musimnya kan kembali bersemi: aku yang bahagia kemudian mendapat luka, pada akhirnya kan kembali bahagia (walau luka lain kan datang).

Lalu apalagi yang mesti dikhawatirkan dari hidup? Cukuplah menjalani dan menikmati, bila semuanya tlah tertulis dalam suratan takdir: hidup pasti berujung mati.

11/6/08

Tak berjejak (gadis malam)


Tak perlu lagi kumengharapkanmu, sebab kau menghilang ditengah kerinduanku: menghapus jejak bagi telusurku.

Kuharus melepaskanmu: melupakanmu. Merelakanmu sebagai cerita selintas yang lenyap dibergantinya hari.

Aku, kamu: kita. Tak pernah terberai karena tak pernah menyatu. Kisah berakhir bersama datangnya pagi: gadis malam.

11/1/08

Klimaks


Pertama, kau petikan aku sekuntum tenang. Esoknya kau kirimkan aku seikat gembira berpita merah jambu. Berikutnya, kau berikan aku selimut
bergambar hati: jiwaku nyaman dan berhias bebungaan.

Semua tak berlangsung lama: senyum satu purnama berganti perih menahun. Tenang melayu, gembira merontok. Selimut hatimu kini menyekapku, tak lagi mendekap.

Kebahagiaan yang kau beri sebentuk jamuan bahagia rentenir: memberikanku setetes, meminta sealiran sungai.

10/31/08

Cinta: daun, capung.


Masih mungkinkah kau ingin bersamaku? Sedang langkahmu berdepa menjauhiku. Seperti daun yang berguguran meninggalkan ranting, lalu hijrah bersama kereta angin: hilang.

Hadir tak terduga, pergi tak berjejak. Serupa capung-capung cantik yang berterbangan di taman rumahku, kemudian sejenak hinggap di ranting kemuning. Lalu, pergi entah kemana: dirimu.

Kebahagiaan yang kau beri sebentuk mimpi, yang tak kudapati ketika terbangun.

10/28/08

Gerimis, Hujan (second version)



Aku melihat gerimis menurunkan rintiknya setengah hati. Padahal sekujur tubuh awan sejak pagi telah menghitam: perih. Dan telah melantunkan pedihnya lewat genderang petir yang bersiluet menjadi keris-keris bercahaya: harusnya segera di sambut panah-panah hujan, rupanya tidak kali ini.

"Lekas naikkan busurmu, gerimis. Dan bidiklah, agar panah-panah hujan melesat ke hamparan kerontang itu!" titah awan.

Tampaknya Gerimis acuh saja. Malah semakin larut dalam diamnya. Semakin kuat mendekap mutiara-mutiara jiwanya agar tak berjatuhan.

"Hai, gerimis! Tak kau dengarkah genderang hujan telah lama kutabuh, tak kau lihatkah beban yang kurasa sedari pagi? Tak ada lagi putih yang tersisa. Warnaku tlah begitu kelam. Aku tak kuasa lagi menahan siklus alam, kasihanilah aku! kasihanilah partikel-partikel dahaga di dataran kering itu!" titah awan berganti rajuk.

"Rintikku terlalu indah tuk berganti hujan, wahai mendung awan!" kata-kata terakhir gerimis sebelum akhirnya panah hujan menghujami sesosok raga renta: bumi.

10/27/08

Gerimis, hujan.



Di balik jendela yang terbuka separuh, kumasih berdiri. Menanti Dewi rumpun padi menemukan jalan pulang. Berharap ia menyadari kekeliriuan pilihannya antara Gerimis dan Hujan.

Diantara dingin malam musim penghujan di penghujung oktober yang kian menusuk, ku terus menatap ke satu sudut, pertigaan jalan: tempat ketika lelaki hujan membawanya pergi. Meninggalkan Gerimis yang rintiknya terampas.

Gerimis, Hujan..
Ah, ku benci Hujan, walau ku setali dengannya. Tak menyukai keberadaannya, meski penciptaannya berselang detik dengan adaku.

Gerimis, Hujan..
Serupa namun berbeda.
Serupa namun menikam.

Gerimis, Hujan..
Terlahir dari Mendung yang sama: tapi satu terluka, satu melukai.

Di sebuah sudut kamar, Mendung menangis. Dialah yang paling terluka.

10/26/08

Tetes rindu (Risau matahari)


Malam ini,
Cinta adalah tetes rindu
Butir bening yang menyusup kemudian mengalir ke setiap sel darah
Menjadikan detik terasa tak berdetak
Waktu kaku tak bergerak
Rasa tak sabar dan gelisah menumpuk di ubun-ubun
Serisau matahari menanti pagi
Berharap awan tak kelabu

Mungkin pertemuan adalah bulir jernih embun di daun sirih: indah, tenang.

10/13/08

Heart


Hari ini langkahku terasa tak menapak di bumi.

Berada di sini, tapi hatiku tidak.

Jiwa-jiwa resah mengembara
Mencari setangkup tenang di perjalanan rasa

Asap amarah telah mengepul di ubun-ubun
Detik-detik membentuk titik api
Ah, sang merah menyala

Tuhan,
Beri aku jalan menuju telaga tenang-Mu
Kuingin bercerita dan membasuh jiwa
Kemudian menenggelamkan resah dan memadamkan amarah

Di setapak ini, ku masih mencari.

10/9/08

Jangan resah (jodoh pasti datang)


Sudah dua hari ini aku rajin googling tulisan dengan kata kunci 'misteri jodoh'. Begitu banyak tulisan yang kujumpai. Dan hampir semuanya mengatakan bahwa jodoh adalah rahasia Tuhan. Dan sepenuhnya aku sepakat dengan pendapat tersebut.

Ya, jodoh memanglah rahasia Tuhan. Kapan dan dimana ia kan datang pada kita, kita takkan pernah tahu. Dan seringkali ia datang di tempat, waktu dan dengan cara yang tak pernah terpikirkan sama sekali.

Namun terbesit tanya, yang bagaimanakah yang bisa disebut jodoh?

Apakah yang disebut jodoh itu seseorang yang menikah dengan kita?

Ibuku bilang, sebuah pertemuanpun sudah bisa disebut jodoh. Karena bila kita tak berjodoh, kita takkan pernah bertemu. Dan memang benar apa yang dikatakan ibuku. Tapi itu masih sebagai arti jodoh secara luas.

Banyak orang bilang bahwa jodoh itu adalah pasangan hidup (orang yang menikah dengan kita). Dan jujur, aku setuju dengan pernyataan tersebut. Tetapi ketika kurenungi kembali, timbul tanya dihatiku, bagaimana dengan orang-orang yang menikah lebih dari sekali dalam hidupnya? Orang-orang yang menikah kemudian bercerai, lalu menikah kembali dengan pria/wanita lain. Atau para pria yang melakukan poligami. Yang manakah jodoh mereka, yang pertama atau kedua? Atau kesemuanya jodoh mereka?

Lalu ada juga yang mempertanyakan seorang suami/istri yang menikah dengan pasangannya dan setia menjalani pernikahan itu hingga akhir usia, tetapi tidak menjadikan pasangannya sebagai pria/wanita yang paling dicintai olehnya. Melainkan rasa cinta terbesar itu terjaga untuk pria/wanita lain yang bukan pasangan hidupnya. Apakah pasangan hidupnya itu masih tetap kita sebut sebagai jodohnya? Dan jawabku adalah: Ya, pasangan hidup yang dinikahinya adalah jodohnya.

Lalu kapan jodohku datang?

Maka ingin kukatakan kepada para lelaki dan wanita lajang yang sedang resah menantikan hadirnya sang pendamping hidup(termasuk aku), yakinlah, jodoh itu pasti datang. Entah dengan cara yang mudah ataupun sulit. Entah lewat perjalanan singkat atau masa panjang penantian yang melelahkan. Jodoh pasti kan datang. Bila tidak di dunia ini, pasti Allah kan memberikannya di akhirat kelak. Menjadikanmu raja/ratu bagi jodohmu.

Maka bersibuk-sibuklah tuk perbaiki diri, sehingga ketika ia datang, engkau benar-benar telah siap menjadi jodoh terbaik yang Tuhan berikan kepada pasanganmu.

9/29/08

Laskar pelangi the movie (great and inspiring)



Akhirnya, aku bisa kembali tersenyum puas setelah keluar dari pintu bioskop. Ya, aku baru saja menonton film laskar pelangi. Film yang mampu menginspirasi dan menyentuh hati.

Film ini mengajarkan kita akan arti pentingnya pendidikan. Betapa pendidikan merupakan sebuah pondasi utama kesuksesan masa depan. Bahwasanya setiap manusia berhak mengecap pendidikan (bahkan manusia termiskin sekalipun). Film tersebut juga mengajarkan pada kita bahwa keberhasilan pendidikan bukan hanya berdasarkan nilai-nilai bagus yang diraih, melainkan juga pengaplikasian ilmu yang didapat. Dan pelajaran moral dan aqidah merupakan unsur penting dalam pendidikan.

Film ini tidak sekedar mengajak kita tuk bermimpi, tapi juga menyemangati dan memberi kita jalan tuk mengejar mimpi. Karena mimpi ada memang tuk dikejar, dan orang yang sukses adalah orang yang mampu mengubah mimpinya menjadi nyata.
Film ini mampu dengan mudahnya membuat senyumku mengembang sekaligus menjadikan mataku berkaca-kaca. Tersenyum karena melihat anak-anak yang dengan fasilitas pendidikan jauh dibawah standar mampu berprestasi dengan sangat gemilang. Adalah semangat dan usaha yang mampu mengantarkan kita kepada keberhasilan. Dimana rintangan dan jatuh berulang tak boleh menghentikan langkah tuk meraih cita-cita.

Film ini juga membawaku pada kisah masa kecilku semasa dibangku Sekolah Dasar. Kesulitan-kesulitan serupa yang kualami (tak semiris kisah dalam film tersebut sesungguhnya, hanya menyerupai) dan prestasi-prestasi yang kuraih di masa itu (dan kini membuatku menyadari bahwasanya kesulitan-kesulitan mampu membuat kita menjadi lebih kreatif dan berprestasi, itu terjadi padaku).

Ada bagian yang benar-benar membuatku menangis dalam film tersebut, ketika para laskar pelangi mengikuti lomba karnaval kemerdekaan. Dengan kostum ala dayak yang terbuat dari dedaunan (entah apa nama daun yang mereka pakai), karena kreatifnya tarian mereka, mereka mampu menjuarai karnaval tersebut (semestinya aku tersenyum akan plot cerita tersebut, tapi justru tiba-tiba dadaku terasa sesak, air mataku tak tertahan tuk menetes. Karena mereka seolah mengisahkan masa kecilku yang sulit namun berprestasi. Dan ampuni aku Tuhan, kenyamanan-demi kenyamanan yang kuraih enam tahun terakhir ini telah melunturkan kreatifitas dan semangatku tuk terus maju).

Finally, I wanna say: This movie is really recommended. Perlu ditonton deh! Maaf banget ya, klo ulasannya dipenuhi curhat colongan. Selamat menonton!

9/24/08

Asa (Menyerah adalah patah)


Di telaga rasa yang mengerang
Di antara reribuan asa menggenang
Satu harap hilang
Empat lima datang merenang

Lalu apalah arti berkehendak
Bila tak bertindak
Karena berhasil adalah rangkaian berbuat
Bila hanya diam
Maka mimpi tetaplah mimpi
Meski malam terusir pagi

Lalu seorang petani yang beristirahat di pinggir telaga berkata:
"Jangan berharap memanen, bila tak menanam!"
Lalu ikut kukatakan:
"Dan menanam tidak akan selalu memanen."

Maka:
Berusahalah kembali
Karena menyerah adalah patah
Pasrah adalah kalah
Dan mimpi tercipta untuk dikejar ketika kita terbangun.

9/17/08

Lelaki pinggir telaga


Di telaga ini,
Ada rasa yang tak tersampaikan
Seperti rindu ikan
pada hujan yang tak kunjung datang
Sewarna rindu lelaki pinggir telaga
pada pelangi yang tak lagi menghiasi sisi telaga

Hujan menghilang,
Serumpun matahari yang menghilangkan tetes embun di pucuk daun
Bersama angin yang menerbangkan butir-butir pasir harap

Aku kembali terduduk di tepi telaga ini
Telaga rasa yang mampu membuatku renang
Menyelami ragam dimensi bersama sirip-sirip hayalku
Berbicara pada udang dan kepiting tentang bunga dan luka cinta
Bersenda gurau dengan air: merangkai arti tulus persahabatan
Menyaksikan satu persatu tawes dan mujaer yang terjaring jala nelayan:
mengajarkanku tentang perpisahan

Di telaga rasa ini,
Ku masih menanti perempuan hujan, bersama permukaan telaga yang surut pasang:
adalah gairahku.

Kisah sepatu



Aku tak ubahnya sepatu bagi hidupmu.


Sepatu.
Kamu tahu sepatu? Tentu saja kamu tahu.

Sepatulah yang setiap harinya melindungi kakimu dan memperindah penampilanmu. Tapi lihat keberadaannya, berada di telapak kakimu. Kau injak-injak dia di setiap langkahmu. Kau biarkan ia terus terinjak dan menopang beban tubuhmu.

Lalu dia mahkota. Tak selalu bersamamu. Tapi di setiap detak jantungmu, begitu kau agungkan dia. Kau letakan ia di kepalamu, anggota tubuh yang paling kau sucikan. Kau terus sanjung dia. Dan ketika tak bersamanya, kau simpan ia di kotak terindah perhiasan hatimu.

Dan ternyata aku sepatu di matamu. Kuselalu mencoba melindungi dan memperindah taman hatimu. Sedang kau terus menginjak-injak kuntum rasaku. Kuterus menopang beban ranting mawarmu, tapi durimu malah menusuk-nusuk batang jiwaku, kau tak pernah menganggapku ada.

Tapi warna kuntum rasaku tulus menyanyangimu, perempuan. Melindungi dan menjagamu, memperindah hidupmu, agar tak hanya abu-abu.
Warna samar yang selalu dia suguhkan untukmu.

Kan kubiarkan kuterinjak agar kau tak pernah terluka. Terus terinjak dan bermain luka: perih.

Biarkan kutetap memberikan yang terbaik untukmu, meski kau tidak. Hingga di ujung waktu ku tak mampu lagi menghapus lukamu, karena kupun dipenuhi luka. Tak mampu lagi menjadi pendengar dan penopang bebanmu.

Kita berpisah. Entah ku yang pergi, atau kau yang membuangku.

9/11/08

Telah berpulang (saudariku)



Adalah kematian, kedatangannya merupakan sebuah misteri.

Lahir, hidup kemudian mati. Itulah suratan manusia di muka bumi ini. Dan kematian adalah ujung perjalanannya (sesungguhnya awal dari kehidupan kekal di akhirat).

Terlahir dengan menangis, tetapi mereka tersenyum bahagia akan hadir kita. Lalu kita menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Dan insya Allah, di akhir usia, ketika menutup ajal kita kan mati dengan tersenyum dan mereka merasa kehilangan dan kan terus mengenang kebaikan yang kita tabur selama mendiami daratan bumi.

Dan pagi kemarin, seorang sepupu meninggal karena kecelakaan mobil bersama seorang sopir dan empat penumpang lainnya dalam angkot yang ia naiki. Naas, mobil tersebut tertabrak kereta api.

Perempuan itu (sepupuku) telah pergi, meninggalkan seorang putri kecil, suami, ayah, ibu dan tiga orang adiknya.

Sepupuku benar-benar pergi. Selepas subuh, dalam perjalanannya menuju tempat kerja, ruang nafkah keluarganya selama ini. Dia pergi dalam puasanya, dalam tujuan sucinya, di Ramadhan ini.

Selamat jalan..
Kami menyayangimu, bangga akan adamu selama ini.

Selamat jalan saudariku..
Semoga surga Allah tempatmu berpulang. Amin.

9/10/08

Ramadhan (muara cinta)


Adalah Ramadhan yang kau nanti
Ladangmu menanam dan menuai pahala berlimpah
Berkah Ramadhan..
Kau gembalakan hati
Menjinakkan jiwa yang liar
Mencairkan ruh yang beku

Adalah Ramadhan..
Tempatmu kembali pada-Nya
Membasuh gelisah di telaga tenang-Nya
Bersandar di rindang Rahmat-Nya

Adalah Ramadhan masa cinta bersemi
menandukan kasih sayang

Adalah Allah muara cinta
Ku akan mengalir ke sana.

9/8/08

Menterjawantahkan cinta


Dan ketika ia datang, seberapa keraspun kau menolak, ia kan tetap hadir. Dan dialah cinta, sebuah kata yang memiliki beragam arti. Tergantung siapa, dan dari sudut pandang mana ia mengartikannya.

Dan bagiku…

Cinta itu:

-Dag-dig-dug. Ya, cinta itu dag-dig-dug. Ko bisa gitu? Karena ketika ia datang dan menusuk hingga sudut terdalam hati ini, jantungku jadi dag-dig-dug ga menentu. Pasti semua yang pernah jatuh cinta, dah ngerasain dag-dig-dug ga penting itu. Nyebelin, tapi seru.

-Kaya gula. Ya, cinta itu memang seperti gula. Rasanya manis. Apalagi orang yang kita cinta ternyata dia juga mencintai kita. Manis banget deh rasanya. Dunia serasa milik berdua bo…(egois banget ga’ sih..?).

-Kaya jeruk nipis. Asem, ga da enak-enaknya (yang kaya gini biasanya kalo udah mulai ada masalah-masalah yang datang). Weeiitt!!! Kata siapa jeruk nipis ga’ da enak-enaknya? Banyak ko masakan yang rasanya jadi jauh lebih lezat setelah di tambahkan jeruk nipis. Jadi kalo di sambungin ke masalah yang datang dalam cinta, Jangan pernah takut akan hadirnya. Karena kalo kita bisa dengan benar menyikapinya, masalah bisa membuat hubungan cinta yang kita punya jadi lebih baik. (lho eh..lho eh.., ko malah jadi so ngajarin gitu).
-Trus cinta itu juga… ( ya udah deh, sekarang giliran lo buat mengartikannya sendiri)

Pokoknya..
Apapun dan bagaimanapun kita mendefinisikan cinta, satu hal yang pasti, cinta milik semua orang. Artinya, siapapun dan seperti apapun kondisinya, cinta pasti akan hadir. Kapan dan bagaimana hadirnya, biarkan takdir yang menjawabnya. Kita hanya perlu menjalaninya. Pastinya, menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Hingga yang terbaik pantas kita miliki.

Hidup dan bubuk kopi (be thankful and positif thinking)


Hidup adalah serupa bubuk kopi: pekat dan pahit. Tapi bila kita bisa meramunya dengan baik, maka kan tercipta secangkir kopi hangat yang manis dan nikmat.

Orang bijak bilang, kalau kamu mau bahagia, maka berbahagialah! Dan bila ingin bersedih, maka bersedihlah!

Ya, karena pada dasarnya hidup itu memang sulit: pahit seperti bubuk kopi. Tinggal bagaimana kita mengatur strategi agar hidup menyenangkan untuk di jalani: nikmat dan manis seperti secangkir kopi hangat. Salah satunya yakni dengan cara merubah pola pikir: yaitu dengan membiasakan diri untuk selalu berpositif thinking.

Karena yang namanya hidup, takkan pernah lepas dari masalah. Satu masalah lepas, akan datang satu masalah lagi, bahkan terkadang datang beberapa masalah dalam satu waktu. Dan ada kalanya sampai membuat kita merasa hidup ini begitu berat, dan kita tidak mampu tuk menjalaninya.

Cobalah untuk POSITIF THINKING! Atau berprasangka baik pada takdir Tuhan. Niscaya beban itu akan terasa lebih ringan.

Pola pikir berikutnya yang mesti kita tanam di hati adalah THANKFUL ORIENTIED, atau menjadi orang yang bersyukur. Pada dasarnya, orang yang berprasangka baik pada takdir Tuhan, akan menjadi orang yang bersyukur.

Dan tahukah anda, bila syukur itu nikmat?

Karena dengan pola syukur, hidup ini menjadi terasa ringan untuk dijalani. No matter how bitter life is.

9/3/08

Bagilah pedihmu (sahabat)


Berbagi, adalah koridor manis tuk mengikis pedih.

Lihat, sahabat!
Tubuhmu bergetar hebat. Maka, luapkan saja amarahmu, alirkan luka itu: mari kita berbagi! Terasa oleh hatiku bebanmu, tak mampu lagi kamu membendung luapannya. Sayat-sayat luka yang kukira telah sembuh, leler-leler perih yang kupikir telah lama mengering, ternyata semakin parah.

Aku di sini, sahabat!
Masih berjalan di setapak yang sama, masih tetap mengagungkan persahabatan kita. Aku masih menempatkanmu sebagai terbaik dalam runutan perkawananku. Terbaik. Ya, masih kamulah yang terbaik, yang tak memberikan luka, meski kadang kumencubit gumpal rasamu.

Mari sahabat, sandarkan kepalamu di pundakku. Bersama peluk, deburkanlah riak gundahmu. Lafadzkan ayat-ayat luka yang menggema di rongga dadamu. Aku tak mau samar, tak ingin meraba rasa. Lantunkan, agar kumampu memberi sudut pandangku dengan benar akan masalahmu.

Sahabat,
Delapan belas tahun bukanlah masa yang singkat bagi perjalanan kebersamaan kita. Walau sama-sama kita sadari, takkan pernah seratus persen kita saling memahami. Tapi kita sama merasa, akulah yang paling mengerti kamu, dan kamulah yang paling mengerti aku.

Sahabat,
Menangis memang bukan hal yang biasa dilakukan oleh laki-laki dalam menghadapi masalah. Tapi bukanlah hal yang salah, apalagi hina untuk kamu lakukan. Menangislah, bila dengan menangis dapat kamu hapuskan pedihmu, bersama rinai air mata yang mengalir.

Kutahu,
Dirimu tak selemah aku dalam menghadapi masalah. Tapi mampu kubaca, jiwamu telah begitu lelah menggeluti masalah yang kian rumit, semakin pekat.

Sahabat,
Mari sejenak lupakan bebanmu. Mari kita berlayar ke masa lalu. Mengenang hal-hal manis yang pernah kita alami. Membuka kembali bait-bait indah dalam puisi hidupmu. Agar kembali lega ruang rasamu, hingga kamu dapat kembali tersenyum lepas.

Inilah yang bisa kuberi, kuncup-kuncup doa, semoga bahagiamu bermekaran dalam nyata. Layu dan gugur segala penatmu. Kuberdoa..

8/25/08

Kuingin mati di jalan-Mu


Ingatkah aku pada ajaran-ajaran agamaku?
Ingatkah aku pada setiap kebaikan yang tak boleh ditinggalkan?
Mengertikah aku, bahwa setiap perbuatan akan mendapat balasan?
Sadarkah aku bahwa setiap bulir dosa yang kulakukan harus kupertanggungjawabkan?

Ya tuhan,
Apakah aku dicipta dengan bahan yang berbeda dari manusia-manusia lainnya? Apakah ragaku diberi jiwa yang berbeda dari jiwa-jiwa lainnya? Pada kerapuhan hati jiwaku selalu merasa. Pada titik-titik kekuatanku yang terus berkurang, menjadikan lemah kian bertahta.


Apakah aku serapuh itu?
Mungkinkah aku selemah itu?

Tuhan,
Banyak hal tidak mampu kulakukan dengan baik. Tapi pada keberuntungan-Mu kuselalu berlindung. Pada benarnya cahaya-Mu kuingin disinari.

Tuhan,
Jadikan hidupku bermanfaat bagi orang-orang sekitarku. Dan ambil nafasku dalam ibadahku: kuingin mati di jalan-Mu, berpayung rahmat-Mu.

Rindu cinta


Akan adakah cinta tulus seorang perempuan yang mengalir tulus padaku, setulus aliran cinta dari perempuan setangguh-tangguhnya perempuan: ibuku?

Akan hadirkah kasih sayang murni seorang perempuan yang terberi untukku, semurni kasih sayang sahabat terbaikku: daun dan ranting?

Hari terus berlalu, musim dan tahun pun tlah berganti. Tapi, kutetap sendiri. Sedang ibu merenta, sahabat tlah terikat pada mahligainya.

Tuhan, aku rindu tuk mencinta..
Terlebih, aku rindu tuk dicintai
cinta tulus seorang perempuan yang mengalir tulus padaku, setulus aliran cinta dari perempuan setangguh-tangguhnya perempuan: ibuku.

8/22/08

sendiri (sepi)


tanpa cinta
aku tak buta
tapi hampa

tanpa kasih
aku tak mati
tapi sepi

Tuhan,
berikan aku satu
tapi menyatu
bukan membelenggu
agar sepi berwindu
kan berlalu

sendiri
sepi.

8/16/08

Angin dan senja (arti syukur)


Apakah salah angin yang memisahkan daun dari ranting, padahal daun tak lagi hijau, tapi kuning dan mulai mengering?

Atau berdosakah senja yang menenggelamkan matahari dari langit dan menggantinya dengan rembulan?

Padahal hidup adalah proses. Sebuah perjalanan yang menjadikan ada apa-apa yang tiada. Dan pada akhirnya kembali meniadakan apa-apa yang ada.

Lalu mengapa tak merelakan perginya?Malah kau larung bahagiamu pada lautan luka yang kau cipta sendiri.

Renungilah kembali arti syukur, maka jiwamu kan tenang. Dan itulah sumber kebahagiaan.

8/13/08

Indahnya cinta


indahnya cinta
adalah ketika hatiku dan hatimu
bersentuhan
kemudian bertautan
lalu kita saling menjaga rasa
agar tetap bening
sewarna bening matamu
yang dari tatapnya
menghadirkan kesejukan

lalu kututup malam ini dengan senyum
dan kulelap bersama bahagia hari ini.

8/10/08

Tak mampu kumembalas, ibu


“Hidup adalah serupa jalan di pegunungan. Setapak terjal dan berputar. Yang mampu bertahanlah yang kan mencapai puncak”.

Lalu mengapa kuberhenti? Sedang perjalanan ini Masih begitu panjang. Pantaskah menyerah? Sedang seorang perempuan tua pun tak berhenti berjuang, hingga benar-benar ia temui satu ujung perjalanan, yaitu kematian. Dialah yang dengan segenap kekuatannya terus mencoba bertahan dari kencangnya badai kehidupan, dan terus mencoba menaklukan dan memenangkannya. Sedangkan aku terlahir dari rahimnya, Perempuan yang terus membunuh keluh dan karib dengan tegar. Dialah setangguh-tangguhnya perempuan, ibuku.

Dialah teladanku, ketika ku kehilangan petunjuk. Dialah tempatku berkaca, ketika telaga asaku kerontang. Dialah perempuan terhebat yang kukenal sepanjang usiaku.

Ibu,
Ada sejuta kagum membumbung di jiwa, namun lidah selalu kelu tuk berkata. Tercipta seribu kasih, namun polah datar terlaksana.

Ibu,
Pada satu waktu pasti kan kurunut lewat kata-kata. Kan kukecup keningmu, lalu dipangkuanmu kan kutuangkan segala rasa syukurku dikaruniai Tuhan, ibu sehebat dirimu.

Ibu,
Tahukah, betapa jantungku dipenuhi selaksa sesak dan airmataku sekonyong-konyong menetes, di setiap kumendengar lagu yang disenandungkan Iwan Fals yang berjudul “Ibu”. Betapa semua menggambarkan perjalananmu demi aku, demi anak-anakmu. Anak-anak yang tak hentinya menghadirkan susah di hidupmu. Bahkan, ketika kami telah mendewasa seperti ini.


Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah..penuh nanah..

Seperti udara kasih yang kau beri
Tak mampu kumembalas ibu..

Ingin kudekap dan menangis dipangkuanmu
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas ibu..


Ah, bagaimana lagu itu tak pelak menusuk-nusuk kantung rasaku~mewakili isi hatiku, Sedang perjuangannya segaris lirik di lagu tersebut. Sejak ia ditinggal suaminya menghadap Yang Kuasa, lelaki yang menikahinya dan menghadiahkan empat putra dan satu putri, ia harus berjuang bersendirian menghadapi kerasnya kehidupan. Demi aku yang kala itu masih duduk dibangku SLTP dan adikku yang masih duduk dibangku SD.Sedang ketiga kakak-kakakku sibuk mengurus keluarga mereka masing-masing. Bahkan tak jarang mereka masih mengganggu ibuku dalam masalah keuangan, terutama si sulung. Sedang kami bukan orang berada.

Ibu,
Demi mencukupi kebutuhan kita, selesai subuh kau mesti berjalan kaki ke pasar tradisional terdekat, membawa bakul dan keranjang. Disana kau belanja sayur-mayur, yang kemudian kau jajakan dari rumah ke rumah. Ibu, betapa lelahnya perjalananmu. Tapi tak sekalipun kudengar kau mengeluh. Tak sekalipun beratnya perjalanan menghentikan langkahmu tuk berjuang.

Dan enam tahun yang lalu, ketika kumampu menyelesaikan masa STMku dengan gemilang, dan langsung disalurkan bekerja di salah satu anak perusahaan otomotif ternama, dirimu masih tak mau membiarkan aku menggantikanmu tuk membiayai hidupmu dan adikku. Kau masih saja ingin terus berjualan. “Tuhan, betapa tingginya semangat beliau tuk terus berjuang demi anak-anaknya, maka muliakanlah ia”. Pintaku dalam doa-doaku.

Kala itu, ia hanya meminta dibelikan gerobak, tuk menggantikan bakul dan keranjang yang telah bertahun-tahun menemani perjalanannya menafkahi kami. Pun setahun yang lalu, setelah adikku tamat STM dan telah bekerja, ia masih saja tak ingin berhenti berdagang. Bahkan dibuatkan warung di depan rumahpun, agar ia tak kelelahan berkeliling, ia tak mau.

“Aku tak ingin dibuatkan warung, berkeliling lebih bisa mendapatkan pembeli. Apalagi harus berhenti berjualan, sungguh aku tak bisa. Sedang kamu dan adikmu masih belum menjadi karyawan permanen di tempat kalian bekerja. Yang berarti sewaktu-waktu kalian bisa hilang kontrak”. Itu yang ia katakan padaku.

“Lalu apa gunaku sebagai anakmu bila bukan membahagiakanmu? Dan mengapa uang yang kuberikan setiap bulan padamu tak pernah kau pakai? ” Di satu waktu kubertanya.

“Uang itu untuk bekalmu menikah. Tentang bahagiaku, bahagiaku bila tak menyusahkan anak-anakku dan bisa melihat hidup kalian bahagia dengan pasangan kalian nantinya”. Jawabmu akan tanyaku.

Oh, betapa mulia hatimu, bu. Tak mampu kumembalas tetes-tetes keringatmu, Tak bisa ku mengganti setiap letih yang yang pernah menderamu. Hanya surga yang pantas untukmu, semoga Tuhan memberikannya kelak.

8/7/08

Rindu pagi ini


Semangkuk rindu tersaji di meja rasa pada pagi merona
Sejenak terbiar
Sebab hati masih diliput enggan

Rindu terus menggoda
Ah, hati terbawa
Hati mencicip dan menggeliat nikmat

Ternyata rindu bukan lagi tawar
Tak lagi menjadi rasa tak berasa
Rindu kembali purnama
Selepas pertemuan di helai jiwa pada mimpi semalam

Sepoi yang menggelitik mungkin ini angin rindu
Selaras rasa syahdu
Pada perempuan hilang berwindu

Pagi ini pupus semua sendu
Akibat petuah rindu yang kian tertandu

Dan inilah rasa yang kemarin gagu
Rupanya dia menunggu.

Bersyukurlah!

Terlalu banyak keluh, jiwa meluruh rapuh.

8/4/08

Meluka atau dirongrong dahaga


Akan lukaku,
Jangan kau janjikan kau jadi penawarnya
Sedang kau tak bisa menemaniku sepanjang umurmu

Tentang dahagaku,
Jangan kau tawarkan hatimu sebagai pelepasnya
Sedang cintamu telah kau ikatkan pada yang lain

Biarkan saja ku terus meluka, atau dirongrong dahaga
Karena bersanding denganmu bukan lagi mimpi yang kutuju

Kulepas semua yang kuinginkan
Biarku meluka, atau dirongrong dahaga
Sampai luka dan dahaga itu hilang dengan sendirinya
Entah tersapu angin waktu
Atau terbasuh alir cinta baru

Aku takkan mati atau terhenti
Hanya karena dijerat sang patah hati

Ku takkan mati karenanya.

Lalu apa yang telah kuberi (untuk sahabat)


Hari-hari berat,
Di kala beribu pucuk beban kian meranggas di pohon jiwamu
Dan serabut-serabut luka kian mengakar

Dimatamu,
Dapat kutangkap bergaris-garis sembilu
Di antara pendar senyum yang kau bagi pada mereka
Kutahu ada kerapuhan dibalik tegar yang kau coba bangun

Maka apa yang bisa kulakukan
Sedang ku selalu sibuk menghitung lukaku
Yang kuanggap sejumlah rinai hujan yang menetes tadi pagi
Padahal hanya segulung ombak dan kau lautan

Lalu apa yang telah kuberi padamu
Sedang aku mengaku sahabat sejatimu

Hanya sebatas menangkap pilumukah, tanpa menghapusnya?

Tidak, sahabat!
Kan kupatahkan pisau yang merobek-robek rasamu
Kan kugugurkan setiap pucuk bebanmu
Lalu kubakar semua serabut luka itu
Agar tak lagi bunga luka bermekaran di taman sukmamu
Hingga sang bahagia dapat menemukan pintu hatimu
Dan memilih tuk menetap di sana.

Maka episode luka ini berakhir.

*sahabat, seperti yang terus kau ucapkan padaku, bahwa Allah sedang menilai setinggi mana tingkat kesabaranmu. Maka terus bersabarlah, hingga suatu pagi, kan kau reguk manis hasil kesabaranmu.

8/2/08

Karena memaafkan bukan berarti melupakan


Disini,
Ada hati yang pernah terluka
Adalah hati yang sempat kau cabik-cabik menjadi potongan-potongan nyeri
Adalah hati yang bertahun-tahun mencoba menghanyutkan cinta
Pada derasnya aliran pilu di sungai sakit hati yang kau cipta untukku

Aku sempat menantimu,
Berharap kau kembali membawa penawar luka
Mengobatiku..

Dan kusadar,
Menantimu adalah kesalahan
Ternyata waktulah penyembuh lukaku

Lalu mengapa kau kembali
Ketika ku tak lagi membagi waktu tuk bercumbu dengan luka

Kau ingin menggenggam setangkai maafku
Yang kemudian kau tanam di lahan penyesalanmu
Dan berharap kukembali pada gersangmu

Bila itu yang kau mau
Kuberikan kau seikat
Bukan hanya setangkai

Tapi maaf,
Kembali bersamamu adalah langkah mundur bagiku
Sedang ke depan merupakan tujuanku

Dan ku takkan tumbuh disana
Karena memaafkan bukan berarti melupakan.

7/31/08

Karena hidup adalah berjuang


Hidup adalah berjuang
sekali, dua kali, dan terus tanpa henti

Hidup masih adalah berjuang
Sedang jiwaku telah begitu lelah
Tapi menyerah adalah berhianat

Maka kuterus berjuang
Di setengah jiwa yang hampir hilang

Melawan ego dan membunuh sifat burukku, ternyata perjuangan terberat sepanjang hidup.

7/30/08

Resah


Apa karena dipenuhi bintik dosa, sehingga kanvas rasaku jauh dari tenang. Selalu saja terlukis gurat gelisah di polosnya. Warna ketakutanpun kian tertuang, menyempurnakan resahku.

Kenapa kubiarkan warna resah dan gurat takut kian memoles, bahkan semakin dominan, bukankah tujuanku melukis bahagia?

Mengapa ku tak memberangus habis segala resah dan rasa takut tak beralasan itu? Atau memang sebenarnya aku yang selalu mengundang mereka hadir, menjadikan mereka teman setiaku?
Entahlah..

Otakku selalu buntu ketika berpikir. Semangatku seringkali getas ketika berjuang. Pemikiranku selalu saja berubah, dibergantinya waktu.

Lalu kan kau sebut apa, jenis manusia sepertiku ini? Pecundangkah itu?

Kini, menulispun ku benar-benar tak berarah. Hanya mengungkapkan kesemrawutan jiwa dan mengaksarakan bait-bait rasa tanpa makna. Kau boleh menertawakan aku, karena akupun sedang ingin menertawakan caraku menghadapi hidup.

Dan tulisan ini terhenti disini.

7/28/08

Tak bisa


Aku mencintaimu, ternyata kau tidak. Lalu kau menawarkan persahabatan padaku.

Jawabku: "maaf ku tak bisa menerimanya. Karena kutahu itu langkah pertama kau meninggalkanku".

7/27/08

Pinta kepada kawan


Ada banyak masa dimana aku lupa, bahwasanya aku bisa menikmati setiap leler perih yang merembas ke hati. Karena sesungguhnya disetiap kelopak luka tercipta putik bahagia.

Kawan,
Ingatkan aku bahwa akan selalu ada jalan bagi setiap yang berusaha. Bahwa akan selalu ada tempat yang menanti kusinggahi. Bahwa akan selalu ada orang yang membutuhkan keberadaanku. Katakan bahwa aku berarti bagimu, kawan.

7/25/08

Tak tahan sepi


Tuhan..
Berikanlah aku cinta
Ijinkan aku memiliki cinta yang kucintai
Atau jika tidak,
Buatlah aku mencintai cinta yang mencintaiku
Jangan biarkan aku cinta sendiri

Tuhan..
Sepi rasanya menyusuri lelikuan hidup bersendirian
Kala kuterjatuh, tak ada yang membantuku bangkit
Kala luka-luka menusuk, ku semakin terpuruk
Dan ketika bahagia merenda waktuku
tak mau kutersenyum sendiri
Lalu pada siapa kubisa berbagi?

Tuhan..
Jangan biarkan kubertanya,
Mengapa asa dan kenyataan jarang sekali berjalan mesra dan saling berpegangan tangan?

7/24/08

Hakikat hidup


Semestinya, aku semakin tegar dengan susahnya hidup yang dikadokan Tuhan padaku. Pada lapar yang hampir mengeringkan aliran sungai semangatku. Dan miskin yang menyuguhkan dua cangkir pilihan untukku: MENYERAH atau BERTAHAN.

Semestinya, akupun harus rela dan berlapang dada melepas ketidaksepakatanku pada catatan takdir. Catatan yang ditulis oleh tangan Tuhan dan tersimpan dalam kitab-kitab malaikat.

Dan sepertinya pula, aku harus benar-benar membuka mata. Bahwa ini bukanlah mimpi, melainkan realita kehidupan. Aku harus berani menghadapi, sesukar apapun hidup yang aku punya. Sesulit apapun masalah yang menggelayuti otakku. Karena burung gagak pun rela memakan bangkai demi menyambung hidup. Karena mau tak mau, hidup ini ada untuk dihidupkan.

Dan aku harus berkaca diri, aku bukanlah seseorang yang dilahirkan berbalut sutra. Tak perlu aku iri dengan mereka yang mempunyai segala, seenak sesuka hati mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hanya dengan bermodal beberapa kata: "Papa, aku ingin.." atau "Mama aku ingin".

Sudah saatnya aku kembali mengumpulkan keyakinanku dan menghapus ragu, tuk tetap tegak berdiri pada kehidupanku. Tak perlu lagi merengek akan susahnya kehidupan. Dan terus berjuang, karena itulah hakikatnya HIDUP.


* iri hati yang ditunjukkan pada seseorang, akan melukai diri sendiri.

7/20/08

Bicara pada Tuhan


Tuhan,
Aku tak mau banyak meminta pada-Mu. Karena, aku belum memberikan apa-apa pada-Mu. Setelah aku memberikan hidupku pada-Mu, baru aku pantas meminta. Tapi, aku tetap tidak ingin meminta. Bukannya aku sombong atau angkuh, Tuhan. Karena aku tahu, sepantasnya kita memberi tanpa harus meminta, mengabdi tanpa mengiba. Aku ingin menjadi yang seperti itu, Tuhan. Karena ku juga tahu, Engkau kan selalu memberi tanpa diminta. Dan Engkaulah satu-satunya yang mampu mendengar tanpa kuberucap. Yes, because You're the Lord.

Tuhan,
Lihat aku sedang tersenyum. Dan kutahu ku kan terus tersenyum. Walau tak kutampik, sendu kan selalu bertamu dirumah rasaku. Tapi kuyakin, rianglah yang memiliki hak tinggal disini.

I love You, GOD!
Lindungi aku, ketika ku tak mampu melindungi diriku sendiri.

*Oups, maaf Tuhan, tanpa sadar aku telah meminta. Tak bisa aku hidup tanpa limpahan rahmat-Mu.

Just let life flows


Aku tak lagi memiliki gairah tuk bermimpi. Karena mimpi hanyalah ilusi. Karena mimpi hanyalah angan, yang sering menghadirkan luka. Karena mimpi terlalu melenakan, padahal semestinya bila kita memiliki mimpi, bangunlah, dan kejar mimpi tersebut, dengan rencana dan usaha yang kuat.

Ah, biar kujalani saja apa yang terbentang di hadapanku. Tak mau banyak berpikir, apalagi mereka-reka apa yang belum jelas keberadaannya.

Aku hanya ingin menikmati hidup, itu saja. Tak peduli pahit atau manis, rasa yang terhidang dalam wajan takdirku. Karena ku yakin, selama ku mau terus menikmati dan mensyukuri apa yang Tuhan beri, maka hanya akan ada bahagia yang terkecap di bibir hatiku.

Biarlah mereka terus bicara tentang apa yang ada di otak mereka. Mengeluarkan segala penilaian tentangku yang telah membumbung di ubun-ubunnya. Dan aku hanya perlu konsentrasi akan perjalanan hidupku. Tak perlu pasang telinga akan ucap-ucap yang belum tentu nyata kebenarannya, apalagi harus menguping. Tapi, bukan berarti tidak mendengarkan bila ada saran yang teralamatkan untukku.

Aku telah cukup banyak mendapat luka dari orang-orang sekitarku. Tapi, tak sedikitpun terbesit untuk membalas setiap nyeri yang mereka cipta. Karena menghayati hakikat hidup adalah yang terpenting. Bukan begitu, TUHAN?

Yang kutahu, aku hanya perlu untuk selalu menjadi yang benar. Bukan menjadi yang baik. Walaupun semestinya aku menjadi yang baik dan benar. Tapi itu terlalu sulit.

Segala yang baik belum tentu benar. Dan segala yang benar, belum tentu baik bagi mereka. Tapi aku tetap ingin menjadi yang benar. Berusaha sedikit mungkin melakukan kesalahan. Sekali lagi, tanpa perlu ambil pusing ucap-ucap orang yang tak sejalan denganku. Karena perdebatan, hanya buang waktu. Dan beda tetaplah beda. Kecil kemungkinan untuk menjadi sama. Dan ku kan terus melangkah.

Demi cinta (mungkin rayuan gombal)


aku bukan pelangi senja
yang memendar diantara rintik hujan
keindahan semesta yang menyejukan mata dan rasa

selamanya, aku takkan pernah menjadi pelangi
tapi, karena cintaku padamu
aku kan mencoba tuk selalu mencipta keindahan rasa dalam hatimu
di setiap kebersamaan yang kita jalani.

7/15/08

Rindu yang hilang


Kemarin rindu adalah tawar
Seperti teh hangat tanpa gula
HAMBAR

Hari ini rindu masih sebagai rasa tak berasa
Seperti tatapan terakhir kau memandangku
Kosong,
Tak bermakna
Tak ada sorot sirat kasih

Esok,
Mungkin rindu adalah mati
Seperti tumbangnya mahoni di kebun belakang rumahku sore ini

Mungkin cinta berakhir.

7/8/08

Inilah cinta


Cinta itu sebuah jalan..
Cinta bukan sekedar perasaan
Tetapi sebuah komitmen
Karena perasaan bisa berubah
Rasa datang dan pergi begitu saja

Cinta tak harus berakhir bahagia
Karena cinta tak harus berakhir

Cinta itu bukan mencari pasangan yang sempurna
Tetapi belajar untuk mengerti dan memahami ketidaksempurnaan pasangan dengan sempurna.

*note: bukan karya sendiri, hasil poles karya teman.

7/3/08

Senja yang berbeda


Ada yg terasa berbeda senja ini,
Dawai kepiluan mengalun syahdu
Kidung lara terdengar menyejukan

Ya,
Aku didekap bahagia
Tombak-tombak yang ingin kau pakai tuk melukaiku
Justru menjadi tongkat penopangku
Api yang kau siapkan tuk membakarku
Malah menjadi obor semangatku

Ku benar-benar bahagia,
Tak peduli seberapa besar kau ingin menyakitiku
Tak peduli betapa bara kau ingin menghancurkanku

Ku tlah menghapusmu, dan ku bahagia.

Aku dan laramu



Sahabat,
Kau selalu mencoba untuk kuat
Dimataku kau begitu hebat
Tak pernah kau tunjukkan gurat sendu di wajahmu

Sahabat,
Hatiku adalah padang resah
Mulutku merupakan pohon keluh
Dari lidahku rimbun keluh kuperdengarkan padamu
Tentang lara dan kecewa
Tentang pedih dan luka hati

Sahabat,
Inilah yang tlah lama hilang dan akhirnya kembali
Kau perdengarkan keluhmu
Kau kisahkan laramu

Dan kubahagia,
Bukan pada derita yang bertamu pada hidupmu
Tapi bahagia akan keputusanmu tuk kembali membagi lukamu padaku
Membiarkanku ikut merasai nyeri itu

Esok hari baru, semoga luruh segala laramu.

6/28/08

Adalah luka


Seperti pisau yang mengiris-iris
Mencintaimu adalah luka
Merasakan sejumput bahagia dibelantara nyeri
Dan mencintaimu masih adalah luka

Entah cinta, entah kebodohan
Karena mencintaimu adalah ego
Karena mencintaimu adalah menangguk dusta-dusta dari mulutmu

Dan ku terus mencintaimu
Padahal mencintaiku mungkin tak pernah kau lakukan
Meski penuh luka, dusta kadang tampak indah

Kau rajutkan pelangi semu di hari berwarna abu-abu
Kau gantungkan asa hingga ku nyaris mati terjerat.

Note: hasil menggubah dari puisi fansrhoma

6/25/08

Kisah daun


Ada lima, bagiku empat. Terikat dan mengikat dengan kuat. Tersatukan dan erat menyatu. Memberikan hati, memeluk syahdu. Dan, aku, mereka, menyebutnya pohon persahabatan.

Dengan bibit peduli mencipta buah kasih sayang.

Akar, batang, ranting dan daun. Mereka bilang aku akar, padahal aku merasa jiwaku daun. Dan aku memang daun.

Takkan ada daun bila tak ada ranting yg menempel dibatang, dan batang yang mampu tegar berdiri karena topangan akar yang kuat. Hijauku terjaga karena mereka. Membuatku terus merasai kasih sayang, buah yang tercipta begitu ranum.

Delapan tahun rimbun. Kemudian kekeringan mendera.
Menjadikan daun layu, menguning dan mengering. Ranting mengering, batang ikut, dan akarpun turut.

Tahun kesembilan pohon mati. Padahal daun yang kering masih terus bertahan untuk tetap menyatu dengan ranting. Tapi pohon tumbang.

Bersama klorofil air mata yang tlah lama mengering, ia terlepas dari pohon itu. Membiarkan angin sesuka hati menerbangkannya. Membawanya pergi~entah sejauh mana ia kan terbawa. Hingga akhirnya membusuk. Lebur.