10/27/08

Gerimis, hujan.



Di balik jendela yang terbuka separuh, kumasih berdiri. Menanti Dewi rumpun padi menemukan jalan pulang. Berharap ia menyadari kekeliriuan pilihannya antara Gerimis dan Hujan.

Diantara dingin malam musim penghujan di penghujung oktober yang kian menusuk, ku terus menatap ke satu sudut, pertigaan jalan: tempat ketika lelaki hujan membawanya pergi. Meninggalkan Gerimis yang rintiknya terampas.

Gerimis, Hujan..
Ah, ku benci Hujan, walau ku setali dengannya. Tak menyukai keberadaannya, meski penciptaannya berselang detik dengan adaku.

Gerimis, Hujan..
Serupa namun berbeda.
Serupa namun menikam.

Gerimis, Hujan..
Terlahir dari Mendung yang sama: tapi satu terluka, satu melukai.

Di sebuah sudut kamar, Mendung menangis. Dialah yang paling terluka.

No comments: