1/14/10

(sebab) kamu sahabat


Ah, andai saja kamu menyadari, betapa saya saat ini begitu butuh pedulimu. Di saat terpuruk seperti ini, saya akui memang saya benarbenar membutuhkan perhatianmu. Saya sadari kamu sibuk, sebab itu saya tidak mengharapkan sesuatu yang berlebih. Saya tidak akan meminta kamu selalu ada di dalam harihari saya. Tapi benar. Benar, saat ini saya tengah membutuhkan keberadaanmu. Sebab saat ini saya merasa harapan semakin bias dan menghilang (mimpimimpi saya kerap terhapus pagi).

Sungguh saya membutuhkan kamu. Jika memang kamu tak lagi bisa duduk bersebelahan sambil mengusap punggung saya, cukup berikan saja saya sebuah kalimat sakti. Kalimat yang mungkin dengan adanya, bisa menyalakan kembali semangat saya.

Memang saya butuh kamu berada di dekat saya, dan mengucapkan katakata itu kepada saya. Tetapi, saya kembali teringat bahwa kamu sibuk. Baiklah, saya akan kembali memberikan sedikit kemudahan kepada kamu. Kamu cukup menyampaikan kalimat sakti itu lewat telepon. Atau bila masih kurang sederhana, cukup sampaikan dalam sebentuk pesan singkat saja, begitupun tak apa bagi saya.

“Takkan mati jiwa yang tumbuh dengan harapan”.

Semoga kamu masih ingat, sebab saya hafal benar dengan kalimat itu. Kalimat yang seingat saya, pernah saya berikan kepada kamu beberapa tahun lalu, di kala getas semangatmu. Di saat itu, hati saya tertata lebih rapi dibanding hatimu. Sehingga saya mampu memilihkan rangkaian kata yang tepat, untuk menstimulasi semangat kamu agar bangkit kembali. Dan kini keadaannya jauh berbeda. Saya jatuh. Saya rapuh. Dan saya merindu kala di mana keteraturan rasa hati saya masih dalam kendali saya.

Lagilagi, saya akan kembali memberi kemudahan kepada kamu. Seandainya kamu malas untuk merangkai katakata yang saya harap ampuh membangkitkan semangat saya, kamu cukup kembalikan saja kalimat yang pernah saya semat di hati kamu itu. Karena saya (seseorang yang merasa sahabatmu), butuh semangat untuk tetap hidup bersama sayapsayap pengharapan saya. Bersamanya melintasi megamega suka luka. Karena saya (meski dipenuhi dengan segala kelemahan yang membuat saya menjadi sangat saya), ingin menjadi pemenang dan bangkit dari kejatuhan ini.

Kamu masih ingat kan? Betapa saya ingin selalu menjadi kebanggan ibu saya (perempuan setangguhtangguhnya perempuan di mata saya). Betapa saya juga ingin selalu menjadi lelaki kebanggaan di hati kekasih saya (perampuan yang dengan restu Allah akan menjadi pendamping hidup saya).

Dan benar, saat ini saya butuh semangatmu hujani hati saya. Seperti hujan yang sedari pagi tak henti turun di langit rumah saya.