7/3/08
Aku dan laramu
Sahabat,
Kau selalu mencoba untuk kuat
Dimataku kau begitu hebat
Tak pernah kau tunjukkan gurat sendu di wajahmu
Sahabat,
Hatiku adalah padang resah
Mulutku merupakan pohon keluh
Dari lidahku rimbun keluh kuperdengarkan padamu
Tentang lara dan kecewa
Tentang pedih dan luka hati
Sahabat,
Inilah yang tlah lama hilang dan akhirnya kembali
Kau perdengarkan keluhmu
Kau kisahkan laramu
Dan kubahagia,
Bukan pada derita yang bertamu pada hidupmu
Tapi bahagia akan keputusanmu tuk kembali membagi lukamu padaku
Membiarkanku ikut merasai nyeri itu
Esok hari baru, semoga luruh segala laramu.
Labels:
Percik puisi,
tetes luka
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment