7/24/08
Hakikat hidup
Semestinya, aku semakin tegar dengan susahnya hidup yang dikadokan Tuhan padaku. Pada lapar yang hampir mengeringkan aliran sungai semangatku. Dan miskin yang menyuguhkan dua cangkir pilihan untukku: MENYERAH atau BERTAHAN.
Semestinya, akupun harus rela dan berlapang dada melepas ketidaksepakatanku pada catatan takdir. Catatan yang ditulis oleh tangan Tuhan dan tersimpan dalam kitab-kitab malaikat.
Dan sepertinya pula, aku harus benar-benar membuka mata. Bahwa ini bukanlah mimpi, melainkan realita kehidupan. Aku harus berani menghadapi, sesukar apapun hidup yang aku punya. Sesulit apapun masalah yang menggelayuti otakku. Karena burung gagak pun rela memakan bangkai demi menyambung hidup. Karena mau tak mau, hidup ini ada untuk dihidupkan.
Dan aku harus berkaca diri, aku bukanlah seseorang yang dilahirkan berbalut sutra. Tak perlu aku iri dengan mereka yang mempunyai segala, seenak sesuka hati mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hanya dengan bermodal beberapa kata: "Papa, aku ingin.." atau "Mama aku ingin".
Sudah saatnya aku kembali mengumpulkan keyakinanku dan menghapus ragu, tuk tetap tegak berdiri pada kehidupanku. Tak perlu lagi merengek akan susahnya kehidupan. Dan terus berjuang, karena itulah hakikatnya HIDUP.
* iri hati yang ditunjukkan pada seseorang, akan melukai diri sendiri.
Labels:
Percik kisah,
Tetes hidup
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment