12/12/07
Untuk Cahaya
Di penghujung temaram menjelang pagi,
Bersama embun cinta yang menetes di antara lekuk-lekuk daun hatiku
Leleran sejuk yang meresap pada tiap pori
Mencipta rindu semakin memburu
Di bagian ini,
Ada yang belum sempat kuceritakan pada Cahaya
Keberadaanmu yang dapat sempurnakan fotosintesis hidupku
Mungkin lusa,
Kan kupinang dirimu.
Labels:
Percik puisi,
tetes cinta
12/6/07
Rintih gerimis
Dalam sebuah novel cinta,
Kuselipkan beberapa bait tentang gerimis di antara bab hujan yang mengambil nyanyian perawan sang perempuan gerimis
Tentang rinai yang mengganti air mataku
Ada kehilangan yang bisa kau rasakan di setiap tetesnya
Seperti ia yang melenyapkan gerimis
Deras hujan yang menggerus hati
Menghanyutkan ranah cinta yang pernah kupijak
"Aku mencintai gerimis, jauh lebih besar dari aku mencintai hujan". Ujarmu
Kalimat yang sempat memberi hangat pada ruang hati yang beku
Laksana selimut bagi tubuh yang menggigil
Tapi gelegar petir menyadarkanku
Betapapun gerimis mengisi sukmamu
Hujanlah yang kau pilih tuk mengairi ladangmu
Dan gerimis ini hanyalah kenangan
Menjadi kisah yang terlumat hujan, lelaki yang mengawinimu.
Labels:
Percik puisi,
tetes luka
Subscribe to:
Posts (Atom)