3/9/09

Telaga rasa (rindu pulang)


Terik mentari terasa kian menyengat sekujur tubuhku
Membakar jiwa yang kian merah dalam gelisah
Aku ingin menuju telaga
Kembali renang dalam bentang tenangnya
Dan berbagi keluh tentang hidup dan luka hati
Mendayu nada dalam terang dan redup cinta
Di sana ada simfoni yang tak henti mengalun

Tuhan,
Aku ingin kembali berbagi kisah dengan mujaer yang setia mendengar
Meski ia tak mengerti bahasa yang kuhantarkan
Aku ingin mengecup teratai yang keindahannya sempat terlupakan olehku
Dan engkau tahu: aku rindu

Di sini aku masih terus mencari jalan pulang
Menyelesaikan kembara yang hanya menangkup rumput-rumput pilu
Perjalanan itu telah begitu panjang dan menyesatkanku
Entah terluka atau kerap melukai tanpa terasa
Tuhan,
Berilah aku jalan: aku teramat rindu.



Sedikit untai pengiring:
**Memang, tentang keindahan raut yang ingin kudapati. Tapi yang paling kunantikan adalah pilar-pilar nyaman tuk menopang panggung rasaku yang kerap goyah. Sungguh tak bermaksud mengabaikan setiap cinta yang Engkau anugerahkan. Ku selalu belajar tuk menghargai keberadaan mereka, dan berusaha membingkis bahagia untuk setiap yang mencoba mengisi hampaku: tapi aku tak bisa. Tuhan mengapa tak kau buat saja jiwa-jiwa yang ingin kurengkuh itu memilikki rasa yang senada denganku. Atau bila tidak, kau buat aku mencintai mereka-mereka yang mencintaiku. Sehingga tak ada satupun yang terluka. Tak ada satupun yang terseret kehampaan: tidak aku, tidak mereka.

No comments: